Langsung ke konten utama

Harga Diri Yang Menjatuhkan (calon) Gitaris

Walaupun ilmu menggitar ini sudah lama sejak dulu, namun pada akhirnya susah sekali menemukan satu gitaris yang akan bisa memainkan semua jenis musik (genre) di dunia ini (setidaknya ini dari sepengetahuan saya). Karena untuk menguasai satu genre membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Kecuali gitaris tersebut super-super jenius.

Proses belajar gitar pada dasarnya sederhana. Apa itu? ikutilah sistem yang ada. Walaupun perkembangan jenis musik saat ini begitu masif, hingga begitu banyak jenis-jenis aliran baru, namun harus dipahami bahwa nada di musik yang dimainkan hanya ada 13 nada saja.

Kadang saya juga heran dengan orang yang mempertahankan prinsip tanpa ada dasar yang kuat. Lebih parahnya lagi menjadikan itu sebuah kebenarannya. Misal, main gitar itu gampang, gak perlu les. Main gitar itu mudah, tinggal tiru aja di youtube! Main gitar itu gampang, ngapain bayar mahal-mahal guru. 

Jika hal itu hanya buat dirinya saja mungkin tidak ada masalah, yang masalah adalah ketika dia merasa bahkan merendahkan bermain gitar itu tidak perlu seorang guru, karena belajar gitar itu sekarang mudah, cukup dengan menonton youtube, coba sendiri dan pasti kamu bisa. 

Kenyataannya tidak seperti itu, saya banyak menerima murid yang sudah belajar gitar secara otodidak, namun akhirnya merendahkan harga dirinya untuk belajar gitar dengan saya, baik itu yang baru awal-awal belajar, namun tidak sedikit yang sudah bisa bermain gitar namun merasa mentok. 

Artinya ada beberapa orang yang bisa dengan baik belajar gitar dengan otodidak namun banyak juga yang membutuhkan bantuan dari seorang guru atau pengajar gitar. Saya pribadi termasuk yang pernah belajar secara otodidak dan juga belajar gitar dengan beberapa guru.

Sebenarnya pada akhirnya semua diserahkan pada pribadi masing-masing saja. Namun jangan menutup mata bahwa seni musik (termasuk gitar) itu jenjangnya hingga Universitas. Musik itu sendiri masuk dalam kategori pendidikan non formal, yang sering dianggap tidak penting bagi sebagian orang. 

Sebenarnya gak cuma musik. Olah raga juga. Dan mungkin juga bidang-bidang non formal lainnya yang tidak bisa saya sebutkan disini satu per satu.

Jadi maksudnya apa sih, harga diri yang (bisa) menjatuhkan calon gitaris? Pada dasarnya setiap kali kita akan belajar sesuatu itu hal terbaik adalah menjadi hijau. Kata lainnya sama seperti bayi, dari nol.  Walaupun pada saat itu kamu pernah belajar ilmu tersebut. 

Ketika seseorang menurunkan egonya untuk dan mau menerima materi, baik itu dari dasar sekalipun maka dia akan lebih cepat untuk berkembang.

Satu contoh, di dunia musik ini sering kali ada yang namanya masterclass. Masterclass ini seperti belajar musik secara bersama-sama oleh seorang mentor, dalam hal ini musisi yang lebih senior. Tidak hanya senior namun juga lebih berpengalaman. Menariknya yang sering datang ke masterclass ini bukan yang beginner banget belajar musik, malahan yang hadir adalah guru-guru musik, atau musisi yang sudah lama bermain musik.

Artinya mereka memposisikan diri sebagai orang yang baru, yang ingin menerima ilmu lagi. Padahal mereka sendiri sudah berilmu. Mereka tidak melihat harga diri mereka berada di level yang tinggi. Mereka "rela" membuang itu, karena mereka paham bahwa skill yang mereka miliki ini hanya sebagian kecil. Berbeda cerita dengan orang yang tidak mau ikut di masterclass karena biaya atau waktu yang tidak memungkinkan. 

Di Indonesia khususnya, karena saya pernah menjumpai orang-orang yang dengan "kekeh"-nya tidak mau belajar gitar di kursusan. "Bisa kok belajar sendiri", banyak yang bisa, nanti kalo gak bisa tinggal liat youtube, atau tanya dengan teman yang lebih bisa.

Gak ada yang salah. Namun jika semua pola pikir seperti ini di semua bidang keilmuan, maka tidak ada sekolah. Dan ilmu yang ada (didapat) menjadi kurang bisa dipertanggungjawabkan. Saya tidak akan memaksakan orang harus belajar dari kursusan. Namun yang saya tekankan hanyanya untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi (ilmu), maka kita juga harus merendahkan diri kita dengan belajar dengan orang yang ahli dibidang itu. 

Semoga bermanfaat


Les gitar Online dan Offline, klik disini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Lick, Riff, Pattern?

Belajar musik sebenarnya mirip dengan bahasa Indonesia. Prinsip tentang pengenalan lick, riff dan pattern . Jika dalam bahasa Indonesia, Inggris atau bahasa apapun kita mengenal adanya huruf, begitu juga dengan musik, kita mengenal nada. Dari nada-nada yang tersusun ini bisa membentuk sesuatu yang dinamakan lick , riff dan pattern . Namun ketiganya berbeda. Dari identifikasi ketiganya dapat berfungsi dalam pengembangan permainan solo, melody, hingga pencipataan lagu. Pattern disebut juga dengan motif, jika didalam bahasa Indonesia/Inggris sebuah huruf yang terangkai bisa menjadi sebuah kata. Contoh kata "aku", sedangkan di musik, 2 atau 3 nada saja bisa menjadi sebuah motif atau pattern , semisal, do - mi - sol,  re - mi - do, atau mi - fa - sol - do. Ibarat kalimat pada bahasa Indonesia/Inggris, riff adalah kalimat di lagu, penggabungan dari 2 motif ( pattern ) atau lebih, biasanya riff terbentuk dari 1 hingga dua bar. Penciptaan riff ini sendiri biasanya penge...

Membedakan Teknik Apoyando dan Tirando

2 teknik dasar pada permainan gitar klasik adalah apoyando dan tirando. Dua teknik ini menjadi acuan yang biasanya di latih pada berbagai scale. Namun ada beberapa hal yang saya cermati dari dua teknik ini. Pada sebuah piece kebanyakan para gitaris lebih banyak menggunakan teknik tirando dikarenakan notes yang di mainkan dalam satu ketukan lebih dari dua nada. Tapi sebelum lebih jauh, saya akan menggambarkan secara sederhana yang membedakan dua teknik ini. Apoyando disebut juga rest stroke . Artinya ketika jari tangan kanan memetik senar, misal dengan jari i (telunjuk) maka jari setelah memetik senar akan menempel pada senar di atasnya (beristirahat/ rest ). Contoh, ketika jari memetik senar 1, setelah memetik jari akan beristirahat di senar 2. Jika senar 2 dipetik maka setelah memetik, jari akan beristirahat di senar 3, begitu seterusnya. Teknik ini banyak di gunakan pada single note , atau berfungsi memberikan accent atau tekanan untuk melodi tertentu. Lain hal dengan tekni...

Cara Memilih Gitar Untuk Anak Usia Dibawah 12 Tahun

Beberapa bulan terakhir banyak sekali yang menanyakan kepada saya, apa gitar yang cocok untuk anaknya? Dimana usia anak mereka di rentang usia 6 tahun hingga 12 tahun. Sedikit tricky untuk memilih gitar untuk anak usia 12 tahun. Namun satu hal yang jadi pertimbangan adalah kenyaman. Hal ini akan menjadikan anak untuk giat belajar gitar. Jika si anak merasa instrumennya tidak nyaman untuk dimainkan, ini bisa jadi mengurangi semangat dia untuk berlatih setiap harinya. Kenyamanan yang seperti apa? Yang pertama adalah pilih gitar yang dengan ukuran yang sesuai dengan fisiknya. Misalkan si anak memiliki fisik yang kecil, misal si anak masih berusia 6-8 tahun, tidak ada salahnya membeli gitar dengan ukuran 1/2, secara fisik otomatis gitar ini lebih mungil dari ukuran gitar standar, dan skala yang diberikan juga lebih pendek, karena hal ini memudahkan anak dalam memainkannya. Dengan skala yang yg lebih pendek maka senar akan terasa lebih empuk untuk ditekan dibanding ukuran gitar full size. J...