Suatu waktu saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi juri sebuah acara kompetisi band di kota Jogja. Saya bukanlah satu-satunya juri pada acara tersebut. Seorang lulusan UNY musik dengan mayor piano menemani saya malam itu.
Malam itu kami sepakat mengenai point untuk menilai band yang akan tampil dan nilai kami berdua nantinya akan dijumlah, dengan nilai tertinggilah yang akan menjadi juaranya.
Singkat cerita, di awal-awal ada sebuah band beraliran rock yang bermain cukup atraktif, dengan format 2 gitaris yang saling mengisi. Kebetulan kedua gitaris tersebut saling mengisi dengan cukup baik, klop antara iringan hingga melodynya. Tidak hanya itu mereka bermain dengan speed yang bisa dibilang cepat.
Di akhir penampilan akhirnya kami memberi nilai, teman saya memberi nilai 90 dan saya sendiri memberi nilai 72 dari 100. Teman saya melihat nilai yang saya berikan dan berkomentar dengan sedikit protes kanapa nilainya rendah.
Saya memberikan alasan saya, tapi alasan saya akan saya ceritakan nanti. Lompat cerita band-band berikutnya tidak memberikan sesuatu yang special. Saya ingat ada 2 band bagus setelahnya. Yang keduanya menurutku memang pantas menjadi dua besar.
Dua band ini tidak hanya mengkombinasikan permainan speed tapi juga lebih ke aransemen dan teknik bermain secara kompak. Hasil akhir adalah hanya menentukan salah satu dua band yang menurut kami menjadi juara. Walaupun dari keduanya tersebut cukup sulit untuk menentukan juaranya.
Tapi saya inti dari cerita ini adalah untuk menanmpilkan musik yang baik, tidak selalu mengandalkan speed, karena seperti kasus band yang diawal saya ceritakan tidak termasuk dalam dua besar terbaik.
Sedangkan juara pada band yang kami pilih memiliki gitaris yang solid. Dan dalam kasus ini, dia sebagai gitaris bisa nge-"blend" dengan baik dengan musik yang sedang dimainkan. Tidak hanya itu lick-lick yang dimainkan sangat on point pada sisi-sisi lagu yang perlu isian gitar.
Dan hal terbaiknya adalah tone. Yup, tone menurut saya pribadi menjadi pertimbangan kenapa sound dari gitarnya bisa menyatu dengan baik menjadi sebuah kesatuan musik yang solid. Di posisi inilah bagaimana seorang gitaris bisa menjadi sangat versetile.
Sering kali kita menganggap speed adalah patokan menjadi gitaris yang jago. Walaupun tentu saja itu tidak bisa dibantah, tapi speed dengan tone yang baik dan yang bisa match dengan musik yang dimainkan menurut saya menjadi lebih utama.
Tidak semua musik membutuhkan lick atau lead gitar yang ribet dan cepat. tapi ketika tone dari gitar yang dimainkan bisa pas dan tepat sesuai dengan musik, maka lick gitar yang simple pun bisa terdengar mewah.
Jadi menurut saya pribadi sebelum berlatih ke arah speed, tentu seorang yang sedang mengembangkan tekniknya ke arah yang lebih baik haruslah fokus pada suara yang di hasilkan dari permainannya. Dan hal ini bisa dicapai dengan banyak hal.
Yang pertama tentu saja, teknik yang berasal dari penjariannya, baik itu tangan kiri dan tangan kanan. Yang berikutnya adalah memahami suara gitar yang sedang dimainkan. Karena tiap gitar memiliki karakter suara yang berbeda-beda.
Jika kamu yang fokus di gitar elektrik, maka kamu juga harus memahami karakter efek yang kamu pakai hingga ampli gitar yang digunakan. Hal ini tentu saja tidak mudah. karena tidak mudah itulah tidak semua gitaris bisa menjadi gitaris yang bagus.
Semoga bermanfaat.
Belajar gitar, dimana saya, kapan saja, dengan biaya murah, klik disini
Komentar
Posting Komentar