Langsung ke konten utama

Resiko Ketika Kamu Sering Mengendurkan Senar Gitar

Suatu hari saya mampir di toko musik di daerah di Jogjakarta. Sebagai gitaris, walaupun datang ke toko musik hanya membeli sebuah pick atau satu set senar, biasanya saya juga sekalian melihat-lihat gitar yang dijual di toko tersebut. Kalau ada yang menarik ya pengen bisa saya coba juga.

Beberapa kali saya mencoba gitar-gitar tersebut ada yang sudah ter-tune ada juga yang belum ter-tune. Ada juga yang ter-tune namun dengan pitch yang tidak standar (440hz), atau yang sering saya temui pada gitar-gitar tersebut (terutama untuk gitar-gitar entry level), gitar di-tune lebih rendah dari pada biasanya.

Ini membuat saya bertanya. sebagai perbandingan, ketika saya mampir di beberapa toko gitar di Melbourne Australia, semua gitar ter-tune dengan baik, kalaupun tidak sesuai pitch, itu pun hanya turun sedikit dari tuning standar.

Jadi apa yang sebenarnya terjadi?

Gitar tertua saya berusia lebih dari 20 tahun, yang hingga saat ini masih bisa dimainkan dengan nyaman. Selama gitar itu saya pakai hingga puluhan tahun, saya sekalipun tidak pernah mengendurkan senarnya. Bahkan ketika gitar tersebut tidak saya mainkan dalam jangka waktu yang lama (minggu bahkan bulan). 

Gitar tersebut adalah gitar yamaha akustik seri F310. Gitar ini merupakan gitar entry level dari yamaha dan merupakan seri paling bawah. Karena seri paling bawah maka harganya juga paling murah. Dan tidak jarang saya merekomendasikan gitar ini ke siswa saya sebagai gitar pertama untuk belajar gitar.

Jika gitar ini ada di display toko, biasanya pihak toko selalu mengendurkan senarnya, begitu juga dengan stok gitar tersebut yang ada di gudang. Artinya gitar yang dikeluarkan dari pabrik bisa jadi memang dikondisikan dalam keadaan tidak tertuning. 

Tapi kenapa?

Setelah dipikir-pikir akhirnya saya menemukan satu hal kenapa toko mengendurkan senar gitar yang mereka jual. Itu adalah untuk menjaga kondisi neck gitar. Tapi apakah memang seharusnya seperti itu?

Tetap saja ada yang janggal. Karena saya sendiri tidak mengendurkan senar gitar saya dimana kondisi necknya juga tetapi stabil bahkan hingga puluhan tahun.

Kisah pengalaman gitar baru murid saya yang cukup mengagetkan....

Suatu ketika saya mengajar murid baru saya, seperti biasa saya menanyakan gitar apa yang dipunyai untuk latihan gitar di rumah. Alasan sederhana tentu saja gitar yang dipakai ini akan menentukan apakah dia akan latihan dengan nyaman dirumah.

Pada sesi berikutnya saya meminta murid saya untuk membawa gitarnya supaya saya cek. Ketika pada akhirnya saya bisa cek gitarnya pada sesi berikutnya, dan cukup kaget dengan apa yang saya temui.

Saya menemui gitar murid saya dengan kondisi yang bisa dibilang sangat tidak nyaman dimainkan. necknya bengkok, dan kondisi top board (bodi gitar) bagian bridge terangkat, dan lebih gilanya gitar tersebut dibeli dalam kondisi baru dan baru dibeli dalam waktu belum ada 1 bulan dengan harga yang hampir menyentuh 2 juta rupiah.

Untuk kondisi neck mungkin bisa di adjust karena necknya memiliki trussrod. Namun kondisi top boardnya yang sudah kondisi seperti itu artinya body perlu perawatan dan perbaikan, dan mesti di press untuk membalikkan posisi kembali ke posisi semula.

Akibat dari kondisi tersebut adalah action (jarak senar ke fret board) gitar tersebut sangat tinggi. Hal ini menjadikan gitar tersebut sangat tidak nyaman untuk dimainkan. Bahkan untuk saya pribadi tidak akan betah memainkan gitar tersebut. 

Hipotesa saya adalah senar pada gitar sedikit banyak mempengaruhi suara dari gitar tersebut. Ukuran senar juga berpengaruh pada tonenya. Secara akustik, senar gitar akustik yang lebih tebal akan berdampak pada volume dan tone yang lebih baik. Gitar akustik memang pada umumnya dipasangkan dengan senar ukuran 11 atau 12. 

Gitar akustik saya yang lain juga saya pasangkan dengan senar akustik ukuran 11. Namun kenyataannya tidak semua gitar bisa kuat menahan tarikan senar gitar akustik ukuran 11 keatas. Hal ini terutama terjadi pada gitar-gitar entry level yang secara kayu atau materialnya dibuat dengan material yang tidak sebaik/sekuat dengan harga gitar yang lebih mahal.

Dengan waktu yang lebih lama, kayu atau material yang dipakai pada gitar entry level akan kalah kuat dengan tarikan senar itu sendiri, dan pada akhirnya akan merusak gitar itu sendiri. Lalu kenapa pabrikan tetap menggunakan senar yang pada akhirnya akan merusak gitar itu sendiri? Ya tentu saja karena bisnis. Agar mereka bisa menjual gitar lagi dan lagi.

Inilah yang menjadikan kenapa toko kebanyakan mengendurkan senar gitar yang mereka jual. Karena mereka juga mengalami gitar-gitar di stok mereka memiliki kondisi yang serupa. 

Hal yang terjadi jika kamu juga sering mengendurkan senar gitar kamu dan mengencangkannya (mentune) dalam kondisi normal adalah kondisi material yang selalu berubah-ubah akan berakibat gitar akan rusak juga pada akhirnya.

Kamu bisa bayangkan triplek kamu bengkok-bengkokan dengan berlain arah pada akhirnya akan terjadi "crack" juga. Sedangkan top bodi dari gitar entry level juga terbuat dari triplek. Maka hal itulah yang terjadi, bodi gitar akan terangkat karena tarikan dari senar.

Begitu juga pada kayu pada neck gitar yang tidak terlalu baik juga akan mudah bengkok. Jadi hal pertama yang baik buat gitar-gitar entry level adalah penggunaan senar yang lebih ringan, yaitu senar akustik ukuran 10 atau penggunaan senar gitar elektrik.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Lick, Riff, Pattern?

Belajar musik sebenarnya mirip dengan bahasa Indonesia. Prinsip tentang pengenalan lick, riff dan pattern . Jika dalam bahasa Indonesia, Inggris atau bahasa apapun kita mengenal adanya huruf, begitu juga dengan musik, kita mengenal nada. Dari nada-nada yang tersusun ini bisa membentuk sesuatu yang dinamakan lick , riff dan pattern . Namun ketiganya berbeda. Dari identifikasi ketiganya dapat berfungsi dalam pengembangan permainan solo, melody, hingga pencipataan lagu. Pattern disebut juga dengan motif, jika didalam bahasa Indonesia/Inggris sebuah huruf yang terangkai bisa menjadi sebuah kata. Contoh kata "aku", sedangkan di musik, 2 atau 3 nada saja bisa menjadi sebuah motif atau pattern , semisal, do - mi - sol,  re - mi - do, atau mi - fa - sol - do. Ibarat kalimat pada bahasa Indonesia/Inggris, riff adalah kalimat di lagu, penggabungan dari 2 motif ( pattern ) atau lebih, biasanya riff terbentuk dari 1 hingga dua bar. Penciptaan riff ini sendiri biasanya penge...

Membedakan Teknik Apoyando dan Tirando

2 teknik dasar pada permainan gitar klasik adalah apoyando dan tirando. Dua teknik ini menjadi acuan yang biasanya di latih pada berbagai scale. Namun ada beberapa hal yang saya cermati dari dua teknik ini. Pada sebuah piece kebanyakan para gitaris lebih banyak menggunakan teknik tirando dikarenakan notes yang di mainkan dalam satu ketukan lebih dari dua nada. Tapi sebelum lebih jauh, saya akan menggambarkan secara sederhana yang membedakan dua teknik ini. Apoyando disebut juga rest stroke . Artinya ketika jari tangan kanan memetik senar, misal dengan jari i (telunjuk) maka jari setelah memetik senar akan menempel pada senar di atasnya (beristirahat/ rest ). Contoh, ketika jari memetik senar 1, setelah memetik jari akan beristirahat di senar 2. Jika senar 2 dipetik maka setelah memetik, jari akan beristirahat di senar 3, begitu seterusnya. Teknik ini banyak di gunakan pada single note , atau berfungsi memberikan accent atau tekanan untuk melodi tertentu. Lain hal dengan tekni...

Cara Memilih Gitar Untuk Anak Usia Dibawah 12 Tahun

Beberapa bulan terakhir banyak sekali yang menanyakan kepada saya, apa gitar yang cocok untuk anaknya? Dimana usia anak mereka di rentang usia 6 tahun hingga 12 tahun. Sedikit tricky untuk memilih gitar untuk anak usia 12 tahun. Namun satu hal yang jadi pertimbangan adalah kenyaman. Hal ini akan menjadikan anak untuk giat belajar gitar. Jika si anak merasa instrumennya tidak nyaman untuk dimainkan, ini bisa jadi mengurangi semangat dia untuk berlatih setiap harinya. Kenyamanan yang seperti apa? Yang pertama adalah pilih gitar yang dengan ukuran yang sesuai dengan fisiknya. Misalkan si anak memiliki fisik yang kecil, misal si anak masih berusia 6-8 tahun, tidak ada salahnya membeli gitar dengan ukuran 1/2, secara fisik otomatis gitar ini lebih mungil dari ukuran gitar standar, dan skala yang diberikan juga lebih pendek, karena hal ini memudahkan anak dalam memainkannya. Dengan skala yang yg lebih pendek maka senar akan terasa lebih empuk untuk ditekan dibanding ukuran gitar full size. J...