Langsung ke konten utama

Kenapa Belajar Gitar Jangan Otodidak

Beberapa tahun yang lalu selepas latihan di studio, saya dan teman-teman yang tergabung dalam band itu biasa mengobrol yang sebagian obrolannya adalah mengenai musik.
Agak aneh juga karena kita semua berawal pada titik yang sama, yaitu belajar musik secara otodidak, namun ya pada akhirnya sebagian dari kita juga berguru pada yang lebih ahli atau mengambil kursus. Yang hal ini membuat teman saya sempat nyeletuk "kalau semua ilmu belajar otodidak, sekolah bisa gak laku".
Ok, diatas adalah gambaran, kenapa akhirnya saya pribadi tidak meneruskan belajar gitar secara otodidak. Saya mungkin akan berkata sedikit kasar, mungkin kita sendiri terlalu pelit untuk mendapatkan ilmu. Ini di luar konteks beasiswa atau orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Pada jaman dahulu ketika "mungkin" hidup jauh lebih sederhana. Si A ingin makan apel, si A hanya punya pisang. Si B punya Apel banyak tapi tidak punya pisang. Akhirnya si A menawarkan pisangnya ke B untuk mendapatkan apel.
Istilahnya adalah tidak ada makan siang gratis. Jika kita ingin mendapatkan ilmu tentu ada yang "dikorbankan".
Balik ke judul diatas kenapa saya mengatakan jangan belajar gitar otodidak? Well, yang artinya kita belajar kepada yang lebih ahli. Ahli disini bisa dilihat secara akademis, jam terbang, karya yang sudah di akui dan lain lainnya.
Misal, si A itu lulusan Yamaha Grade sekian, atau si A itu selalu menjadi musisi cabutan band ternama, si A itu pernah merilis Album, si A lulusan ABRSM, si A itu sarjana seni, si A itu dosen musik dan lain sebagainya.
Dari sini juga kita mengetahui prinsip belajar yang benar. Contoh kita sekolah belajar matematika, tentu saja gurunya yang memang ahli di bidang itu. Dan kenyataan kita semua berharap sekolah ke jenjang paling tinggi untuk mendapatkan ilmu dan kita juga membayar (sejumlah uang/biaya/waktu dll).
Jadi kenapa jangan belajar gitar otodidak? Maka akan banyak hal yang bisa kita capai jika kita belajar dengan ahlinya, yaitu melalui kursus atau lembaga lainnya (independen).
Yang pertama tentu saja ini akan mempercepat proses belajar. Proses belajar disini bisa lebih cepat 2 hingga 4x dibanding belajar gitar secara otodidak. Ibarat jika berkendara yang satu lewat jalan umum yang satu lewat tol. Ingin cepat maka siapkan dana lebih. Kita tentu tidak ingin membuang-buang waktu secara cuma-cuma kan!
Yang kedua adalah salah satu yang terpenting yaitu meminimalisir kesalahan. Christiano Rolando salah satu pesepakbola terbaik didunia selalu dibawah asuhan pelatih-pelatih hebat. Dengan belajar dengan pelatih hebat dia bisa meminimalisir kesalahan dan membangun kemampuan terpendamnya menjadi lebih maksimal.
Saya tahu tidak semua orang punya bakat yang sama di bidang musik. Maka dari itu seorang pengajar akan membimbing dengan benar apa yang di butuhkan jika seseorang belajar gitar. Sederhananya mereka sudah lebih dahulu melalui hal itu jadi mereka akan berbagi, mana teknik yang benar mana yang salah.
Kenapa hal ini sangat mendasar, karena membangun teknik di awal-awal belajar gitar itu akan memudahkan kedepannya untuk berkembang. Jadi jika seorang ingin berkembang dalam permainan ke arah (Grade) yang lebih tinggi akan lebih mudah.
Membangun dan melatih teknik yang benar itu sama saja dengan melatih kebiasaan yang baik dan benar. Ibarat pola hidup sehat dengan makan makanan yang sehat menjauhi alkohol dan rokok dan berolah raga yang cukup.
Jadi, "jangan" bukan berarti mutlak, ini hanya sebuah pilihan, karena saya pernah mengalaminya dan saya rasa, saya membuang cukup banyak waktu dan pikiran. Tidak ada salahnya dan banyak benarnya (menurut saya) jika kita ingin mempelajari suatu ilmu apapun ilmunya kita diharuskan membayar. Dengan kita belajar gitar dengan seorang ahli dengan fee tertentu sekaligus membuat kita lebih serius untuk belajar, karena secara mindset kita tidak membuang uang kita secara cuma-cuma.
Semoga bermanfaat.
Harwindho
Belajar Gitar Online gak pake ribet.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Lick, Riff, Pattern?

Belajar musik sebenarnya mirip dengan bahasa Indonesia. Prinsip tentang pengenalan lick, riff dan pattern . Jika dalam bahasa Indonesia, Inggris atau bahasa apapun kita mengenal adanya huruf, begitu juga dengan musik, kita mengenal nada. Dari nada-nada yang tersusun ini bisa membentuk sesuatu yang dinamakan lick , riff dan pattern . Namun ketiganya berbeda. Dari identifikasi ketiganya dapat berfungsi dalam pengembangan permainan solo, melody, hingga pencipataan lagu. Pattern disebut juga dengan motif, jika didalam bahasa Indonesia/Inggris sebuah huruf yang terangkai bisa menjadi sebuah kata. Contoh kata "aku", sedangkan di musik, 2 atau 3 nada saja bisa menjadi sebuah motif atau pattern , semisal, do - mi - sol,  re - mi - do, atau mi - fa - sol - do. Ibarat kalimat pada bahasa Indonesia/Inggris, riff adalah kalimat di lagu, penggabungan dari 2 motif ( pattern ) atau lebih, biasanya riff terbentuk dari 1 hingga dua bar. Penciptaan riff ini sendiri biasanya penge...

Membedakan Teknik Apoyando dan Tirando

2 teknik dasar pada permainan gitar klasik adalah apoyando dan tirando. Dua teknik ini menjadi acuan yang biasanya di latih pada berbagai scale. Namun ada beberapa hal yang saya cermati dari dua teknik ini. Pada sebuah piece kebanyakan para gitaris lebih banyak menggunakan teknik tirando dikarenakan notes yang di mainkan dalam satu ketukan lebih dari dua nada. Tapi sebelum lebih jauh, saya akan menggambarkan secara sederhana yang membedakan dua teknik ini. Apoyando disebut juga rest stroke . Artinya ketika jari tangan kanan memetik senar, misal dengan jari i (telunjuk) maka jari setelah memetik senar akan menempel pada senar di atasnya (beristirahat/ rest ). Contoh, ketika jari memetik senar 1, setelah memetik jari akan beristirahat di senar 2. Jika senar 2 dipetik maka setelah memetik, jari akan beristirahat di senar 3, begitu seterusnya. Teknik ini banyak di gunakan pada single note , atau berfungsi memberikan accent atau tekanan untuk melodi tertentu. Lain hal dengan tekni...

Cara Memilih Gitar Untuk Anak Usia Dibawah 12 Tahun

Beberapa bulan terakhir banyak sekali yang menanyakan kepada saya, apa gitar yang cocok untuk anaknya? Dimana usia anak mereka di rentang usia 6 tahun hingga 12 tahun. Sedikit tricky untuk memilih gitar untuk anak usia 12 tahun. Namun satu hal yang jadi pertimbangan adalah kenyaman. Hal ini akan menjadikan anak untuk giat belajar gitar. Jika si anak merasa instrumennya tidak nyaman untuk dimainkan, ini bisa jadi mengurangi semangat dia untuk berlatih setiap harinya. Kenyamanan yang seperti apa? Yang pertama adalah pilih gitar yang dengan ukuran yang sesuai dengan fisiknya. Misalkan si anak memiliki fisik yang kecil, misal si anak masih berusia 6-8 tahun, tidak ada salahnya membeli gitar dengan ukuran 1/2, secara fisik otomatis gitar ini lebih mungil dari ukuran gitar standar, dan skala yang diberikan juga lebih pendek, karena hal ini memudahkan anak dalam memainkannya. Dengan skala yang yg lebih pendek maka senar akan terasa lebih empuk untuk ditekan dibanding ukuran gitar full size. J...